Jumat, 08 Mei 2015

KENTUNGAN MATEMATIKA
TEKHNOLOGI ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
Oleh : Endang Sasmita Sagita

Pendahuluan
Pikiran seseorang adalah sumber dari segala sumber kehidupan, dalam bekerja butuh suatu pikiran, dalam menulis perlu penalaran, dalam mengajar juga butuh pemikiran yang dituangkan dalam RPP, dalam berbisnispun butuh pemikiran, Matematika  adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan dan daya pikir yang tinggi terhadap bentuk-bentuk suatu struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal tersebut. Untuk dapat memahaminya, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam Matematika. Karena sifatnya yang abstrak, maka dalam pembelajaran matematika masih diperlukan benda-benda yang menjadi perantara atau alat peraga yang berfungsi untuk mengkonkritkan sehingga fakta-faktanya lebih jelas dan lebih mudah diterima oleh siswa. Oleh karena itu, wajar apabila   matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa usia sekolah dasar.
Prestasi siswa dalam belajar matematika di Indonesia masih dalam katagori rendah yaitu berdasarkan Program for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) mengadakan survei tentang kemampuan siswa dan sistem pendidikan, Indonesia memperoleh peringkat 64 dari 65 negara. Beberapa laporan menyebutkan faktor penyebab antara lain kurangnya kualitas materi pelajaran, metode pembelajaran yang makanistik, model pembelajaran yang monoton maupun sulitnya pelajaran matematika.
Salah satu penyebab kegagalan dalam pembelajaran matematika adalah siswa tidak memahami konsep-konsep matematika. Siswa yang menguasai secara konsep matematika, akan memperoleh jalan untuk memecahkan persoalan matematika. Sering kita temui dalam kegiatan pembelajaran siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal matematika, terutama ketika menerapkan hitungan, perkalian, pengurangan maupun pembagian. Hal ini disebabkan karena konsep urutan hitungan yang beruntun yang mendahulukan perkalian dan pembagian setelah itu penjumlahan atau pengurangan tidak dipahami.
Berdasarkan hal tersebut di atas untuk memahami suatu konsep matematika, siswa masih harus diberikan rangkaian kegiatan nyata yang dapat diterima akal mereka. Dengan  demikian alat bantu belajar atau biasa disebut media sangatlah diperlukan dalam pembelajaran matematika, untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan. Alat peraga matematika adalah sebuah atau seperangkat benda konkrit yang   dibuat, dirancang, dihimpun atau disusun secara sengaja, yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.
Dalam tulisan ini akan diperkenalkan sebuah alat peraga bernama Kentungan matematika tentang bagaimana cara menggunakannya dalam menyelesaikan soal hitungan penjumlahan dan pengurangan pada operasi hitung matematika yang bisa diterapkan pada siswa kelas satu, dua, dan tiga karena siswa pada masa ini masih berpikir pada tahap operasional konkrit.

Pembahasan
Matematika adalah ilmu deduktif yang bekerja atas kebenaran konsisten. Pada prinsipnya seorang pendidik wajib menguasai tahap perkembangan pengetahuan siswa, Perkembangan kognitif menurut Piaget adalah :
a.    Tahap sensori motor ( dari lahir sampai 2 tahun )
b.   Tahap pra operasi ( 2 tahun sampai 7 tahun )
c.    Tahap operasi kongkrit ( 7 tahun sampai 11-12 tahun )
d.   Tahap operasi formal ( sekitar 11 tahun sampai dewasa )
            Sedangkan menurut Bruner perkembangan perilaku kognitif dibagi menjadi tiga periode yaitu :
a.    Enactive stage, merupakan suatu masa di mana individu berusaha memahami lingkungannya, fase ini mirip dengan tahap sensori motor dari Piaget.
b.    Iconic stage, yang mendekati pada tahapan pra operasional dari Piaget.
c.    Simbolic stage, yang juga mendekati kepada ciri – ciri fase operasi formal menurut Piaget.
Berkaitan dengan usia peserta didik Sekolah Dasar yang berkisar 6 atau 7 tahun sampai dengan 12 tahun, apabila kita lihat dengan pendapat Piaget di atas mereka berada pada tahap operasi kongkrit atau pada fase simbolik menurut Bruner. Perilaku kognitif pada tahap ini adalah nampak pada kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika walau masih terikat dengan objek yang bersifat kongkrit. Padahal matematika merupakan ilmu deduktif dan abstrak sehingga terdapat kesenjangan. Untuk mengatasi hal itu diperlukan strategi pembelajaran, metode dan media yang cocok untuk pembelajaran matematika agar peserta didik dapat memahami konsep yang disampaikan. Seorang Pendidik harus berusaha mengurangi sifat abstrak dari objek matematika agar peserta didik lebih mudah dalam menangkap pelajaran matematika.
Penggunaan kentungan matematika, sebagai benda konkret, dimaksudkan untuk memberikan lingkungan belajar awal yang cocok untuk dapat mengkonstruksi pemahaman atau mengembangkan konsep nilai tempat dan juga mengembangkan pengetahuan konseptual nilai tempat serta untuk menghubungkan konsep nilai tempat dengan simbolisme dalam penjumlahan dan pengurangan. 
Kentungan Metematika adalah Tekhnologi alat peraga yang terbuat dari bambu atau kaleng bekas minuman yang terdiri dari tiga buah bagian dan tiap bagiannya diberi label ratusan, puluhan, dan satuan dengan sumpit atau sedotan yang berjumlah tiga puluh enam batang sebagai symbol angka pada nilai tempat, yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.
Cara menggunakan kentungan matematika:
1.      Untuk menjelaskan nilai tempat, Sebagai contoh:
-          menunjukkan  lambang  bilangan  : 451 (empat ratus lima puluh satu), Empat batang sumpit di tempatkan pada bambu yang berlabel ratusan, lima batang sumpit pada label puluhan, dan satu batang sumpit pada label satuan.
-          menunjukkan  lambang bilangan : 305 (tiga ratus lima), Tiga batang sumpit di tempatkan pada bambu yang berlabel ratusan, pada label puluhan tidak ada batang sumpit ini menandakan bahwa pada bambu tersebut adalah angka nol, dan lima batang sumpit pada label satuan.
2.      Menjelaskan operasi penjumlahan pada bilangan asli
Dalam  melakukan  operaspenjumlahan  selalu  dimuladengan  menjumlahkan satuan terlebih dahulu, diikuti puluhan,  kemudian ratusan dan berikutnya ribuan demikian seterusnya, sebagai contoh misalnya memperagakan operasi penjumlahan : 304 + 33 = .. Caranya sebagai berikut :
-          pertama-tama pendidik menunjukkan cara memperagakan lambang  bilangan  304 dengan menggunakan kentungan matematika, Tiga batang sumpit di tempatkan pada bambu yang berlabel ratusan, pada bambu puluhan dikosongkan, dan empat batang sumpit pada label satuan karena ditambah dengan 33 maka untuk selanjutnya tempat satuan ditambahkan 3 batang sumpit sehingga pada bambu yang berlabel satuan berjumlah tujuh batang sumpit dan yang terakhir tempat puluhan ditambah 3 buah batang sumpit, sehingga tampak  pada  kentungan matematika:  tempat  ratusan  ada  3  buah  sumpit, tempat  puluhan  ada  3  buah  sumpit,  dan  tempat  satuan  ada  7  buah sumpit. Artinya, 304 + 33 = 337 (tiga ratus tiga puluh tujuh).
3.      Menjelaskan operasi pengurangan pada bilangan asli
Melakukan operasi pengurangan juga selalu dimulai dengan mengurangkan satuan terlebih dahulu, diikuti puluhan, dan berikutnya ratusan, demikian seterusnya. Menunjukkan/memperagakan operasi pengurangan : 247 132 =……
-          Mula-mula diperagakan (dengan kentungan matematika) lambang bilangan 247, dua batang sumpit di tempatkan pada bambu yang berlabel ratusan, empat batang sumpit pada label puluhan, dan tujuh batang sumpit pada label satuan, karena dikurangi 132 maka untuk menyelesaikan soal tersebut adalah sumpit yang berada di tempat satuan diambil 2 buah, sumpit di tempat puluhan  diambil 3 buah, dan yang terakhir sumpit di tempat ratusan diambil 1 buah sehingga menjadi satu buah sumpit di bambu yang berlabel ratusan, satu buah sumpit di label puluhan dan lima buah batang sumpit di tempat satuan artinya, 247 132 = 115

Kesimpulan
            Berdasarkan paparan di atas haram hukumnya seorang pendidik yang mengajar mata pelajaran metematika pada peserta didik tahapan operasional konkrit, tanpa menggunakan alat peraga sebagai media penghubung antara benda konkrit ke abstrak, kerena bertentangan dengan teori – teori belajar yang ada, oleh karena itu, seyogianya para pendidik wajib menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas, Kentungan Matematika adalah salah satu alat peraga yang dapat membantu peserta didik dalam mengerjakan soal operasi hitung penjumlahan dan pengurangan matematika.

Penulis
ENDANG SASMTA SAGITA, S.Pd
GURU SD NEGERI SUKADANA
UPT PENDIDIKAN KEC. KASEMEN

KOTA SERANG – PROV. BANTEN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar